Susur Goa, Author : ridwan romadhon

Materi Dasar Susur Goa (Caving)

Aktivitas Caving diterjemahkan sebagai ‘aktivitas penelusuran gua’. Setiap aktivitas penelusuran gua, tidak lepas dari keadaan gelap total. Justru keadaan seperti ini yang menjadi daya tarik bagi seorang caver, sebutan untuk seorang penelusur gua. Petualangan di lorong gelap bawah tanah menghasilkan pengalaman tersendiri. Perasaan ingin tahu yang besar bercampur dengan perasaan cemas karena gelap total. Ada apa dalam kegelapan itu ? membahayakankah ? adakah kehidupan di sana ? Pertanyaan lebih jauh bagaimana lorong-lorong itu terbentuk ? Pertanyaan yang kemudian timbul, kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang gua dan aspeknya, termasuk misteri yang dikandungnya. Maka dikenal istilah “speleologi”. Ruang lingkup ilmu pengetahuan ini tidak hanya keadaan fisik alamaiahnya saja, tetapi juga potensinya; meliputi segi terbentuknya gua, bahan tambang, tata lingkungan, geologi gua, dan segi-segi alamiah lainnya.
Kalau sebagian orang merasa enggan untuk mendekati “lubang gelap mengangga”, maka para penelusur gua justru masuk kedalamnya, sampai berkilo-kilometer jauhnya. Lubang sekecil apapun tak luput dari perhatiannya, jika perlu akan ditelusuri sampai tempat yang paling dalam sekalipun.

 

1. SPELEOLOGI

Speleologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gua. Diambil dari kata-kata yunani spelation = gua dan logos = ilmu. Namun gua tidak bisa berdiri sendiri, tetapi terdapat struktur alam yang melingkupi. Jadi speleologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gua beserta lingkungannya.

Di indonesia ilmu ini berkembang tahun 1980-an. Sedangkan di inggris dan jerman sudah dipelajari secar intensif mulai pertengahan abad 19. Sebelum membicarakan speleologi lebih lanjut, harus kita ketahui defisi dari “gua “ itu sendiri,
1. Menurut ius (internasional union of speology) yang berkedudukan di wina, austria. Gua adalah setiap ruangan di bawah tanah, yang dapat dimasuki orang

2. Menurut dr r. K. T. Ko (ketua hikespi,1985). Gua adalah suatu lintasan sungai di bawah tanah yang masih mengalirnya (khususnya daerah batu gamping)

lahirnya speleologi di indonesia, berkembang pada tahun 1980 dan olah raga alam ini masih tergolong baru dibandingkan rafting, mountenering dan panjant tebing. Pada tahun ini terdapat club yang berkecimpung masalah keguaan yaitu specavina yang didirikan oleh norman edwin dan dr r.k.t ko ketua hikepsi sekarang. Namun dengan perbedaan pendapat maka terpecahlah ada yang masih mendirikan hekespi dengan ketuanya dr. R.k.t ko dan norman e mendirikan club yang berpusat di jakarta yaitu garba bumi. Kemudian tahun tersebut muncul club-club penyusur gua diantaranya :

1. Bsc : bogor speleological club
2. Dsc : denpasar speleological club
3. Scala : speleo club malang
4. Sss : salamander speleo surabaya
5. Jsc : jakarta speleo club6. Asc : acintyacunyata speleoligical club

2. Pengetahuan Tentang Gua

Menurut proses terbentuknya, gua dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Gua Lava, yaitu gua yang terbentuk akibat aktifitas vulkanik dari gunung berapi. Ketika terjadi letusan, lava yang dimuntahkan mengalir kebawah membentuk alur-alur memanjang. Ketika bagian atas/permukaan lava sudah membeku, laca yang dibawah permukaan masih mengalir terus sehingga menimbulkan rongga atau lorong.

2. Gua Littoral, yaitu gua yang terbentuk didaerah tebing pantai, akibat pengikisan yang dilakukan oleh angin dan gelombang laut.

3. Gua Kapur atau Limenstone, yaitu gua yang terjadi didalam daerah batuan kapur/limenstone, akibat dari pengikisan air terhadap batuan kapur di dalam tanah. Gua kapur inilah yang menjadi obyek penelusuran dan ekspoitasi bagi pecinta alam atau penelitian yang tidak habis-habisnya oleh para ilmuwan. Hal ini disebabkan karena banyak daerah atau kawasan hunian yang berstruktur batuan kapur, sehingga gua-gua yang ada disekitarnya, bagaimana pun juga mempunyai pengaruh positif maupun negatif bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.

3. Habitat Gua

Semua makhluk yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di dalam gua disebut troglodyte. Habitat troglodyte berdasarkan kondisi lingkungan yang mendukung kehidupan komunitasnya dapat dibagi menjadi empat zon, yaitu :

1. Zona terang, daerah yang merupakan mulut gua, cahaya masih sama seperti di luar gua.

2. Zona senja, merupakan daerah di dalam gua dimana tumbuhan hijau masih bisa tumbuh. Cahaya pada daerah ini pada senja hari.

3. Zona gelap dengan suhu berubah, merupakan daerah gelap total yang dicirikan dengan suhu dan kelembaban yang masih bisa berubah setiap saat sesuai dengan perubahan keadaan cuaca luar.

4. Zona gelap dengan suhu tetap, merupakan daerah yang terjauh dari mulut gua dengan suhu dan kelembaban yang selalu tetap.
Binatang dalam gua dapat dibagi menjadi tiga macam kelompok, yaitu :
1. a. Troglopile, yaitu binatang yang menyukai kegelapan, tetapi masih mencari makan di gua tersebut. Contohnya ; kelelawar dan burung walet. Sekalipun tempat tinggal mereka sudah termasuk dalam zona gelap total, tetapi fluktuasi suhu dan kelembaban masih konstan. Jadi troghopile memanfaatkan gua sebagai tempat tinggal dan tempat berlindung.
1. b. Trogloxine, yaitu binatang yang hanya secara kebetulan ada didalam gua, karena sebenarnya binatang itu asing bagi kehidupan gua tersebut. Contohnya ; musang, ular, dan sebagainya. Binatang ini biasanya terdapat pada mulut gua sampai zona senja.
1. c. Troglobion, yaitu binatang yang seluruh siklus kehidupannya sudah dilakukan di dalam gua, sehingga memiliki sifat yang berbeda dengan binatang sejenisnya di permukaan tanah. Contohnya ; seekor ikan yang sudah sekian lama hidup dan berkembang biak dalam gua pada zona tertentu mengalami perubahan fisik menjadi tidak berpigmen, penglihatan tidan berfungsi dan alat peraba menjadi lebih telanjang. Hal demikian dapat terjadi setelah melalui waktu yang lama dan habitanya sudah benar-benar terisolasi dari pengaruh luar.

4. Menagement Penelusuran

Management penelusuran terbagi dalam beberapa tahapan, sebagai berikut :
1. 1. Sebelum penelusuran
1. a. Non teknis
1). Pengumpulan data dan informasi mengenai gua
2). Perajinan dan surat jalan yang dibutuhkan
1. b. Teknis
1). Perlengkapan/logistik yang dibutuhkan
2). Jumlah personil yang memadai (minimal 3 orang)
3). Meninggalkan pesan kepada orang lain tentang pelaksanaan kegiatan

1. 2. Selama penelusuran
Ada pembagian tugas dan wewenang dalam team selama kegiatan berlangsung sehingga terkoordinir dengan baik.
1. 3. Setelah penelusuran
1. a. Cheeking peralatan
2. b. Perawatan peralatan
3. c. Evaluasi kegiatan
4. d. Pembuatan laporan kegiatan


Cipta Ceria Alam Universitas Pancasila (CICERA UP) adalah salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang bergerak pada bidang olah raga alam bebas dan konservasi lingkungan hidup.

cicera86up@gmail.com

Login